JURAIJ, Ahli Ibadah dan Berbagi kepada Sang Ibu


Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam bersabda, menceritakan beberapa peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu. Salah satunya tentang seorang ahli ibadah bernama Juraij.

كَانَ رَجُلٌ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ يُقَالُ لَهُ جُرَيْجٌ يُصَلِّي فَجَاءَتْهُ أُمُّهُ فَدَعَتْهُ فَأَبَى أَنْ يُجِيبَهَا فَقَالَ: أُجِيبُهَا أَوْ أُصَلِّي؟ ثُمَّ أَتَتْهُ فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ وُجُوهَ الْمُومِسَاتِ. وَكَانَ جُرَيْجٌ فِي صَوْمَعَتِهِ فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: لَأَفْتِنَنَّ جُرَيْجًا. فَتَعَرَّضَتْ لَهُ فَكَلَّمَتْهُ فَأَبَى، فَأَتَتْ رَاعِيًا فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا فَوَلَدَتْ غُلاَمًا فَقَالَتْ: هُوَ مِنْ جُرَيْجٍ. فَأَتَوْهُ وَكَسَرُوا صَوْمَعَتَهُ فَأَنْزَلُوهُ وَسَبُّوهُ، فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى ثُمَّ أَتَى الْغُلاَمَ فَقَالَ: مَنْ أَبُوكَ يَا غُلاَمُ؟ قَالَ: الرَّاعِي. قَالُوا: نَبْنِي صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ. قَالَ: لاَ، إِلاَّ مِنْ طِينٍ

Dahulu kala, di kalangan Bani Israil ada seorang yang dikenal bernama Juraij. Pada suatu hari, ketika dia sedang shalat, datanglah ibunya memanggil.

Juraij enggan memenuhi panggilannya. Katanya (dalam hati), “Saya menjawab panggilannya, ataukah saya tetap shalat?” Continue reading

WUDHU’, Keutamaannya


Syari’at Kesucian ini mengumpulkan banyak hikmah, faedah, dan fadhilah (keutamaan) yang menjelaskan urgensi dan kedudukannya di sisi Allah -Azza wa Jalla-. Sebab suatu amalan jika memiliki banyak faedah dan fadhilah, maka tentunya karena memiliki makanah aliyah (kedudukan tinggi).

Wudhu’ disyari’atkan bukan hanya ketika kita hendak beribadah, bahkan juga disyari’atkan dalam seluruh kondisi. Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan agar selalu berada dalam kondisi bersuci (wudhu’) sebagaimana yang dahulu yang dilazimi oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para sahabatnya yang mulia. Mereka senantiasa berwudhu, baik dalam kondisi senang atau dalam kondisi susah dan kurang menyenangkan (seperti, saat musim hujan dan musim dingin). Kebiasaan berwudhu’ ini butuh kepada kesabaran tinggi, sebab kita terkadang terserang perasaan malas. Perasaan malas ini akan hilang –Insya Allah- saat kita mengetahui keutamaan wudhu’.

Pembaca yang budiman, keutamaan-keutamaan wudhu’ kali ini kami akan tuangkan di hadapan kalian agar menjadi penyemangat dan penggerak motor semangat yang selama ini dingin dan tak tergerak. Diantara keutamaan-keutamaan wudhu’ yang terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah shohihah dari Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam– :

1.SYARAT MEMASUKI SHALAT

Seorang ketika hendak memasuki sebuah rumah atau gedung, Continue reading

Perbedaan Antara Jin, Setan dan Iblis


Tema Jin, Setan, dan Iblis masih menyisakan kontroversi hingga kini. Namun yang jelas, eksistensi mereka diakui dalam syariat. Sehingga, jika masih ada dari kalangan muslim yang meragukan keberadaan mereka, teramat pantas jika diragukan keimanannya.

RASUL ATS-TSAQALAIN

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan risalah yang umum dan menyeluruh. Tidak hanya untuk kalangan Arab saja namun juga untuk selain Arab. Tidak khusus bagi kaumnya saja, namun bagi umat seluruhnya. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutusnya kepada segenap Ats-Tsaqalain: jin dan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيْعًا

“Katakanlah: `Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Continue reading

SANAD, Antara Sikap yang Berlebihan dan Meremehkan


Telah kami paparkan pada pembahasan sebelumnya (tautan artikel dibawah-admin) tentang pentingnya sanad dalam menetapkan keabsahan sebuah riwayat. Akan tetapi, ada kelompok yang menyimpang dalam memahami kedudukan sanad dalam periwayatan tersebut. Dalam hal ini, kita dapat mengklasifikasi kelompok tersebut menjadi dua bagian.

1. Kelompok yang menganggap bahwa sanad tidak penting dalam penukilan

2. Kelompok yang berlebihan dalam menjadikan sanad sebagai landasan pemahaman


A. Kelompok yang menganggap bahwa sanad tidak penting dalam penukilan

Kelompok pertama adalah orang-orang yang tidak beramal dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sandaran amalan mereka dibangun di atas perasaan yang muncul dan getaran jiwa, yang mereka sebut “ilmu batin”, “ilmu ladunni”, atau “ilmu kasyaf”, dan yang semisalnya. Di antara ucapan mereka, “Saya tidak mengambil ilmu dari orang yang sudah mati, namun saya hanya mengambil dari Yang Mahahidup.” Yang lain mengatakan: “Hatiku telah memberitakan dari Rabb-ku.”

Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata setelah menyebutkan ucapan mereka ini, “Semua ucapan itu adalah Continue reading

Contoh Riwayat Tanpa Sanad


Berikut ini beberapa contoh hadits yang diriwayatkan dan disebutkan oleh sebagian penulis dalam karya tulis mereka yang tidak memiliki sanad dan tidak disebutkan dalam kitab-kitab induk yang mengumpulkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Beberapa contoh ini sengaja kami sebutkan untuk menjelaskan bahwa para ulama hadits senantiasa memeriksa kondisi riwayat-riwayat serta memisahkan hadits-hadits yang bisa dijadikan sebagai hujjah (dalil) dan hadits-hadits yang tidak bisa dijadikan sebagai sandaran.

1.

هِمَّةُ الرِّجَالِ تُزِيلُ الْجِبَالَ

“Semangat kaum lelaki dapat melenyapkan gunung.”

Ini bukan hadits. Ismail al-Ajluni berkata, “Saya tidak menemukannya sebagai hadits. Akan tetapi, ada yang menukil dari Ahmad al-Ghazali (kakak kandung Muhammad al-Ghazali, penulis Ihya ‘Ulumiddin, pen.) bahwa ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Semangat kaum lelaki dapat melenyapkan gunung.’ Maka dari itu, hendaknya dipelajari.” (Kasyful Khafa’, 2/444)

Perkataan beliau ini dikomentari oleh Continue reading

Semangat Ulama dalam Menjaga Kemurnian Hadits


Orang yang mengkaji kitab-kitab sejarah yang menjelaskan biografi para imam ahli hadits niscaya akan mengetahui bahwa para ulama salaf telah menghabiskan umurnya untuk memelihara kemurnian hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menyingkap kedok para pemalsu hadits, orang-orang yang lemah dalam periwayatan, serta memilah riwayat-riwayat yang sahih dan yang tertolak.

Berikut ini akan kami sebutkan beberapa contoh kisah para ulama hadits tersebut.

Melakukan Rihlah (Perjalanan) untuk Mencari Sanad Hadits

1. Sa’id bin al-Musayyib rahimahullah mengatakan, “Sungguh, aku menempuh perjalanan beberapa hari dan malam untuk mendapatkan satu hadits.” (Al-Jami’, Ibnu Abdil Barr, 1/93)

2. Abu Aliyah ar-Riyahi rahimahullah berkata, “Kami mendengarkan riwayat di Bashrah dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi, kami tidak senang hingga kami berangkat menuju Madinah dan mendengar langsung dari mulut mereka.” (Sunan ad-Darimi, 1/144)

3. Diriwayatkan pula dari Nashr bin Hammad al-Warraq, ia berkata: Suatu ketika kami duduk di depan pintu rumah Syu’bah bin al-Hajjaj, sambil muraja’ah (mengulang) hadits. Aku berkata, Continue reading

Kedudukan Sanad Dalam Islam


Sanad memiliki peranan yang sangat penting dalam menukilkan wahyu, baik Al-Qur’an Al-Karim maupun Sunnah Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam. Demikian pula menukilkan berita dari kalangan salafus saleh dari para sahabat, tabi’in, dan yang setelahnya. Karena tanpa sanad, satu berita tidak bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam dengan sanad akan memberikan beberapa faedah yang sangat agung. Di antaranya adalah sebagai berikut.

 1. Ilmiah dalam Penukilan

Dengan sanad, seseorang menukil wahyu Allah ta’ala dan hadits Rasul-Nya secara otentik sebagaimana asalnya, sehingga memberikan kekuatan hujjah bagi seorang muslim dalam berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam.

Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan:

الْإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْلَا الْإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

“Sanad itu bagian dari agama. Kalaulah tidak ada sanad, orang akan sesukanya mengatakan apa saja yang dia inginkan.” (Diriwayatkan Muslim dalam Muqaddimah Shahih-nya, 1/15)

Yahya bin Sa’id al-Qaththan rahimahullah mengatakan, Continue reading

Sejarah Ilmu Sanad


Pendahuluan

Islam adalah agama yang dibangun di atas landasan ilmu, sehingga segala sesuatu yang terdapat di dalamnya, dipecahkan dan diselesaikan dengan cara ilmiah. Termasuk keilmiahan Islam adalah penukilannya yang otentik dari sumber syariat yang murni, yang berasal dari Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Kedua wahyu yang agung ini menjadi pedoman setiap insan yang mengharapkan jalan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا؛ كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِي، وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ

“Sesungguhnya telah aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama-lamanya setelah keduanya: Kitab Allah dan sunnahku, dan keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya mendatangiku di atas telaga (hari kiamat).” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 1/172)

Kedua pedoman inilah yang senantiasa dijaga oleh kaum muslimin dari berbagai upaya perubahan dan penyusupan, sebagai bentuk pembenaran dari firman Allah ta’ala:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَــا الذِّكْرَ وَ إِنَّا لَــهُ لَـحَـٰـفِظُوْنَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr: 9)

As-Sa’di rahimahullah menjelaskan ayat ini, “Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya,’ maksudnya adalah menjaganya ketika diturunkan maupun setelahnya. Ketika diturunkan, Continue reading

Abu Hurairah


Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam , ia meriwayatkan hadist sebanyak 5.374 hadist.

Nasab dan Keturunannya

Nama beliau diperselisihkan ulama. Dishahihkan oleh Imam Nawawi rahimahullah bahwasanya nama beliau adalah Abdrurrahman bin Shakhr, sebagaimana diriwayatkan Imam Al-Hakim rahimahullah dalam Mustadrak dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu beliau berkata: “Nama saya sewaktu masih jahiliyyah adalah Abdu Syams bin Sakhr, maka setelah memeluk Islam, saya dinamakan: Abdurrahman.

Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya perang Khibar, Rasulullah sendirilah yang memberi julukan “Abu Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam itu semata karena kecintaan beliau kepadanya.

Kiprahnya dalam Dakwah Islam

Allah Subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa Rasulullah agar Abu Hurairah dianugrahi hapalan yang kuat. Ia memang paling banyak hapalannya diantara para sahabat lainnya. Continue reading