RUKU’


Hukum Ruku’

Ruku’ berupa gerakan shalat merupakan rukun shalat. Akan datang penjelasanya Insya-Allah.

Sifat Ruku’

Insya-Allah akan datang pembahasannya

Do’a ketika Ruku’

Di antara bentuk do’a ketika ruku’ adalah:

1. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata:

كاَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُوْلَ فِيْ رُكُوْعِهِ وَسُجُوْدِهِ: سُبْحاَنَكَ اللَّهُمَّ رَبَّناَ وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak membaca di dalam ruku’ dan sujudnya:

سُبْحاَنَكَ اللَّهُمَّ رَبَّناَ وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْلِي

“Maha Suci Engkau ya Allah Rabb kami, dan dengan puji-Mu ya Allah ampunilah dosaku.” (HR. Al-Bukhari no. 794 dan Muslim no. 1085)

2. Sahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata:

كَانَ -يَعْنِي النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَقُولُ فِي رُكُوْعِهِ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ؛ وَفِي سُجُوْدِهِ: سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى

“Adalah Nabi dalam rukuknya membaca ‘subhana rabbiyal-azhim’ (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung); dan dalam sujudnya subhana rabbiyal a’la (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi).” [Shahih, HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, Ibnu Majah, dan Ahmad. Dishahihkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil no. 333; Shahih Sunan Abu Dawud no. 871]

3. Sahabat ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

قُمْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَيْلَةً فَلَمَّا رَكَعَ مَكَثَ قَدْرَ سُورَةِ الْبَقَرَةِ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ: سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ

“Aku berdiri (shalat) bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam. Ketika ruku’ beliau tetap diam seukuran surat Al-Baqarah. Beliau mengatakan dalam ruku’-nya: ‘Maha suci Yang memiliki Jabarut, kerajaan (pengaturan), kesombongan, dan keagungan’.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shifat Shalatin Nabi, hal. 133)

Makna jabbarut dapat dilihat disini.

Wallahu a’lam

Sumber:

  1. Dzikir dalam Ruku’ dan Sujud. Penulis : Al Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar. http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=271.
  2. Al-A’la. Penulis : Al-Ustadz Qomar ZA, Lc. http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=448.
  3. At-Jabbar (Sick! Al-Jabbar-admin). Penulis : Al-Ustadz Qomar ZA. http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=687.

4 Responses

  1. assalamualaikum..
    bagaimana jika saat kita ruku,belum bisa sempurna( incyaAllah bacaanya sudah sempurna) hanya saja sikapnya yang masih salah ( punggung belul lurus)? apakah harus mengulang shalat atau sujud sahwi?sedang hal ini sering terjadi ketika saya shalat.. terimakasih..
    wassalamualaikum..

    • Wa’alaykumussalam. Ruku’ merupakan rukun shalat, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mencontohkan cara ruku’ yang benar dengan bertakbir (sambil mengangkat tangan) sebelum ruku’, kemudian ruku’ dengan meletakkan tangan pada lutut (seolah-olah menggenggamnya), dan punggung beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lurus dan datar. Hal ini menunjukkan kesempurnaan sifat ruku’. Adapun punggung belum lurus, wallahu a’lam, bukan merupakan syarat sahnya ruku’, karena disana hanya menunjukkan kesempurnaan saja. Sehingga tidak perlu sujud sahwi (Insya-Allah akan datang pembahasannya) atau berlebih-lebihan dengan mengulang shalat. Jika dirasa kurang sempurna shalatnya, maka disunnahkan untuk menutupi kekurangan shalat wajib dengan shalat sunnah sebagaimana dalam hadits tentang shalat sebagai amalan pertama yang dihisab.

      Dan dalam ruku’ terdapat rukun shalat yang lain yaitu thuma’ninah (tenang atau diam sejenak pada setiap gerakan), dan ini lebih utama untuk diperhatikan karena Rasulullah mencela orang yang shalatnya seperti ayam yang mematuk makanannya. Wallahu a’lam, silakan tanyakan Ustadz untuk penjelasan lebih lanjut. Wallahu a’lam bishshowwab.

  2. terimakasih sekali untuk jawabannya.. semoga dengan ini shalat saya menjadi lebih baik lagi..

Leave a comment