Ruqayyah Bintu Rasulillah radhiyallahu ‘anhu


Nasab dan Keturunannya

Lahir dari Ibunda yaitu Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza radhiallahu ‘anha. Menyandang nama Ruqayyah radhiallahu ‘anhuma, di bawah ketenangan naungan seorang ayah yang mulia, Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Khadijah melahirkan dua orang anak laki-laki, yaitu Qasim dan Abdullah serta empat orang anak perempuan, yaitu Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Seluruh putra dan putrinya lahir sebelum masa kenabian, kecuali Abdullah (yang kemudian dijuluki ath-Thayyib (yang baik) dan ath-Thahir (yang suci)).

Ruqayyah adalah kakak Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anhuma. Ruqayyah dan Ummu Kultsum adalah dua orang saudara yang perjalanan hidup mereka hampir sama. Mereka berdua terlahir dari bapak yang sama, ibu yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya mempunyai arti yang sama; Utbah dan Utaibah, mempunyai mertua yang sama, masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan setelah perceraian itu, mereka mempunyai suami yang sama pula (yakni setelah meninggalnya Ruqayyah radhiyallahu ‘anhu).

Menikah dengan Utbah bin Abu Lahab

Ruqayyah radhiyallahu ‘anhu telah menikah dengan ‘Utbah bin Abu lahab bin ‘Abdul Muththalib sebelum masa kenabian. Sedangkan, saudarinya Ummu Kultsum menikah dengan ‘Utaibah bin Abu Lahab saudaranya ‘Utbah. Sebenarnya hal itu sangat tidak disukai oleh Khadijah radhiyallahu ‘anhu . Karena ia telah mengenal perilaku ibu Utbah, yaitu Ummu jamil binti Harb, yang terkenal berperangai buruk dan jahat. Dia khawatir putrinya akan memperoleh sifat-sifat buruk dari ibu mertuanya tersebut.

Selamat Dari Keluarga Abu Lahab

Dan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah diangkat menjadi Nabi, maka Abu Lahablah, orang yang paling memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Islam. Abu Lahab telah banyak menghasut orang-orang Mekkah agar memusuhi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat. Begitu pufa istrinya, Ummu Jamil yang senantiasa berusaha mencelakakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan memfitnahnya. Atas perilaku Abu lahab dan permusuhannya yang keras terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Allah telah menurunkan wahyu-Nya,

‘Maka celakalah kedua tangan Abu lahab, (Al lahab: 1)

Setelah ayat ini turun, Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang, maka Abu lahab berkata kepada kedua orang putranya, Utbah dan Utaibah, ‘Kepalaku tidak halal bagi kepalamu selama kamu tidak menceraikan Putri Muhammad.’ Atas perintah bapaknya itu, maka Utbah mericeraikan istrinya tanpa alasan. Dia juga berkata kepada dua putranya, ‘Utbah dan ‘Utaibah yang menyunting putri-putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan kedua putri Muhammad!”

Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah selamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun berislam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.

Menikah dengan Utsman bin Affan

Setelah bercerai dengan Utbah, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ganti yang jauh lebih baik yaitu Ruqayyah dinikahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan Utsman bin Affan. Hati Ruqayyah pun berseri-seri dengan pernikahannya ini. Karena Utsman adalah seorang Muslim yang beriman teguh, berbudi luhur, tampan, kaya raya, dan dari golongan bangan Quraisy.

Hijrah ke Habasyah

Setelah pernikahan itu, penderitaan kaum muslimin bertambah berat, dengan tekanan dan penindasan dari kafirin Quraisy. Ketika semakin hari penderitaan kaum muslimin, termasuk keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertambah berat, maka dengan berat hati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengijinkan Utsman beserta keluarganya dan beberapa muslim lainnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah pada tahun ke-5 setelah nubuwah. Ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Pergilah ke negeri Habasyah, karena di sana ada seorang raja yang terkenal baik budinya, tidak suka menganiaya siapapun, Di sana adalah bumi yang melindungi kebenaran. Pergilah kalian ke sana. Sehingga Allah akan membebaskan kalian dari penderitaan ini.’

Maka berangkatlah satu kafilah untuk berhijrah dengan diketuai oleh Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang mereka,

Mereka adalah orang yang pertama kali hijrah karena Allah setelah Nabi Luth ‘alaihissalam.’

‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu membawa istrinya di atas keledai, meninggalkan Mekkah, bersama sepuluh orang sahabat yang lainnya, berjalan kaki menuju pantai. Di sana mereka menyewa sebuah perahu seharga setengah dinar. Setibanya di Habasyah mereka memperoleh perlakuan yang sangat baik dari Raja Habasyah. Mereka hidup tenang dan tenteram disana.

Di bumi Habasyah, Ruqayyah radhiallahu ‘anha melahirkan seorang putra yang bernama ‘Abdullah, maka jadilah nama ‘Abdullah adalah kunyah bagi Utsman radhiyallahu ‘anhu, yaitu Abu Abdullah.

Kembali ke Mekkah

Datanglah berita bahwa keadaan kaum muslimin di Mekkah telah aman. Mendengar berita tersebut, disertai kerinduan kepada kampung halaman, maka Utsman memutuskan bahwa kafilah muslimin yang dipimpimnya itu akan kembali lagi ke kampung halamannya di Mekkah. Mereka pun kembali. Namun apa yang dijumpai adalah berbeda dengan apa yang mereka dengar ketika di Habasyah. Pada masa itu, mereka mendapati keadaan kaum muslimin yang mendapatkan penderitaan lebih parah lagi. Pembantaian dan penyiksaan atas kaum muslimin semakin meningkat. Sehingga rombongan ini tidak berani memasuki Mekkah pada siang hari. Ketika malam telah menyelimuti kota Mekkah, barulah mereka mengunjungi rumah masingmasing yang dirasa aman. Ruqayyah pun masuk ke rumahnya, melepas rindu terhadap orang tua dan saudara-saudaranya.

Ditinggalkan oleh Dua Yang Tersayang

Namun ketika matanya beredar ke sekeliling rumah, ia tidak menjumpai satu sosok manusia yang sangat ia rindukan. la bertanya, ‘Mana ibu?….. mana ibu?….’ Saudara-saudaranya terdiam tidak menjawab. Maka Ruqayyah pun sadar, orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu telah tiada. Ruqayyah menangis. Hatinya sangat bergetar, bumi pun rasanya berputar atas kepergiannya.

Penderitaan hatinya, ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tidak lama berselang, anak lelaki satu-satunya, yaitu Abdullah yang lahir ketika hijrah pertama, telah meninggal dunia pula. ‘Abdullah masih berusia 6 tahun (dalam riwayat lain usianya 2 tahun), ketika seekor ayam jantan mematuk matanya sehingga mukanya bengkak, maka Allah mencabut nyawanya. Ruqayyah tidak mempunyai anak lagi setelah itu.

Hijrah ke Madinah

Dia hijrah ke Madinah setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah.

Wafatnya Dalam Naungan Suami

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersiap-siap untuk perang Badar, Ruqayyah jatuh sakit, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh Utsman bin Affan agar tetap tinggal di Madinah untuk merawatnya. Namun maut telah menjemput Ruqayyah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih berada di medan Badar pada bulan Ramadhan. Kemudian berita wafatnya ini dikabarkan oleh Zaid bin Haritsah ke Badar. Dan kemenangan kaum muslimin yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta pasukannya dari Badar, ketika masuk ke kota Madinah, telah disambut dengan berita penguburan Ruqayyah. Pada saat wafatnya Ruqayyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, Bergabunglah dengan pendahulu kita, Utsman bin Maz’un.’

‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu sendiri yang turun untuk meletakkan jasad istrinya di dalam kuburnya. Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah radhiallahu ‘anha, terdengar kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu. Kedukaan itu berlangsung bersama datangnya kemenangan, saat Ruqayyah bintu Muhammad radhiallahu ‘anha pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua setelah hijrah.

Para wanita menangisi kepergian Ruqayyah radhiyallahu ‘anhu. Sehingga Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu datang kepada para wanita itu dan memukuli mereka dengan cambuknya agar mereka tidak keterlaluan dalam menangisi jenazah Ruqayyah. Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menahan tangan Umar. dan berkata,

‘Biarkanlah mereka menangis, ya Umar. Tetapi hati-hatilah dengan bisikan syaitan. Yang datang dari hati dan mata adalah dari Allah dan merupakan rahmat. Yang datang dari tangan dan lidah adalah dari syaitan.’

Sang Suami, ‘Ustman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Mengisi Kembali Kekosongan Hatinya

Sepeninggal Ruqayyah radhiallahu ‘anha, ‘Umar bin Al Khaththab radhiallahu ‘anhu menawarkan kepada ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk menikah dengan putrinya, Hafshah bintu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma yang kehilangan suaminya di medan Badr. Namun saat itu ‘Utsman dengan halus menolak. Datanglah ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan kekecewaannya.

Ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan yang lebih baik dari itu semua. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminang Hafshah radhiallahu ‘anha untuk dirinya, dan menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu dengan putrinya, Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha. Tercatat peristiwa ini pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-3 H.

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

Sumber:

  1. Ruqoyyah dan Ummu Kultsum radhiallahu ‘anhuma Kisah Perjalanan Dua Cahaya. Penulis : Al-Ustadzah Ummu Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran. Sumber bacaan: •Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (hal. 1038, 1839-1842, 1952-1953) •Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d (8/36-38) •Ats-Tsiqat, karya Al-Imam Ibnu Hibban (2/105) •Fathul Bari, karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (7/188) •Siyar A’lamin Nubala, karya Al-Imam Adz-Dzahabi (2/250-253) •Tahdzibul Kamal, karya Al-Imam Al-Mizzi (19/448)
  2. Ruqayyah Binti Rasulullah (Wafat 2 H). http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/01/ruqayyah-binti-rasulullah-wafat-2-h/.

Artikel Terkait:

Leave a comment